
" Bagi pemuda Indonesia, ia lebih suka melihat Indonesia tenggelam ke dasar lautan, dari pada mempunyainya sebagai jajahan orang kembali " (Hatta)
Hasil penelitian menunjukan bahwa Kyai Haji Mas Mansur dididik di Pesantren Salafiyah An-Najiyah Surabaya, kemudian ia lanjutkan di Pesantren Kademangan Madura, di Mekah dan ke Universitas Al-Azhar di Kairo.
Peran Kyai Haji Mas Mansur sebagai Ketua Muhammadiyah cabang Surabaya: mendirikan Madrasah Mufidah, membentuk organisasi Aisyiyah, mendirikan balai kesehatan, mendirikan Majlis Tarjih, menerapkan sistem pendidikan Barat dan agama Islam di pondok pesantren. Peran Kyai Haji Mas Mansur sebagai Ketua Pengurus Besar Muhammdiyah: membentuk Komisi Masjid, menerbitkan perangko amal, mendirikan bank Islam dan membuat 12 langkah Muhammadiyah.
Sumbangan Kyai Haji Mas Mansur bagi Muhammadiyah cabang Surabaya dalam pendidikan yaitu mengurangi rasio buta huruf, memodernkan pendidikan Islam dengan menerapkan sistem pendidikan Barat dan agama Islam, membentuk organisasi Aisyiyah, Majlis Tarjih dan membangun poliklinik. Sumbangan Kyai Haji Mas Mansur sebagai Ketua Pengurus Besar Muhammadiyah: mempererat persaudaraan lewat Komisi Masjid, menetapkan 12 langkah sebagai pedoman hidup, mempelopori khotbah Jumat dengan bahasa Indonesia dan shalat hari raya di lapangan, meningkatkan perekonomian umat Islam dengan membangun bank Mua’malahGawai Dayak Sanggau atau Nosu Mino Podi yang dilaksanakan akhir pekan lalu di
Dayak Galik adalah suku Dayak yang berasal dari Kecamatan Beduai. Mereka mendiami Desa Kastro Mego, Tang Raya, Bereng Bekawat, Tawang Muda dan Sungai Ilai.
Upacara adat Gawai adalah kebiasaan masyarakat yang dilaksanakan secara turun temurun. Disana acara itu masih di lestarikan. Adat ini biasanya dilaksanakan setelah masyarakat panen raya yaitu pada bulan April. Mereka bersyukur kepada sang pencipta Tuhan yang mereka sebut Ketompok atau Tampak. Pemimpin upacara ini adalah tukang Pomang. Sebelum memulai upacara masyarakat biasanya menyiapkan kelengkapan adat atau yang disebut remah. Persembahan ini berupa babi, ayam, tuak, beras pulut, padi, tempayan, tumpang alat-alat perladangan gong dan alat-lat lainnya.
Menurut Temenggung Adat Dayak Muara Fransiskus Suring, upacara adat gawai adalah sebuah upacara yang sangat sakral. Biasanya pada upacara ini warga dari lima desa tersebut pulang kekampungnya masing-masing. Mereka berkumpul bersama sanak keluarga, famili dan kerabat. “Sebab di kegiatan inilah masyarakat bisa berkumpul dengan baik,” terang Fransiskus.